ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA DENGAN ANSIETAS
A. Masalah
Utama
: ANSIETAS
/ KECEMASAN
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1.
Pengertian
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
Ansietas sedang adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas
yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah
disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak sepesifik atau tidak
diketahui oleh individu), perasan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan
sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil
langkah untuk menghadapi.
Spielberger
(1966) dalam Slameto (2003 : 185) membedakan kecemasan atas dua bagian;
kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri
seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak
berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (State Anxiety), yaitu suatu
keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai
dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta
bersifat subyektif, dan meningginya sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan,
kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus,
misalnya situasi tes.
Kecemasan/anxiety
dan kegelisahan/restlessness merupakan salah satu masalah yang banyak mendapat
perhatian dan penelitian para sufi maupun para ahli psikologi. Cemas dan gelisah adalah bentuk ketakutan diri terhadap
hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas biasanya muncul manakala
seseorang berada dalam suatu keadaan yang ia duga akan merugikan dan mengancam
diri, jabatan karier atau usaha bisnis nya, di mana ia merasa tidak berdaya
menghadapinya. Sebenarnya apa yang dicemaskan itu belum tentu terjadi. Rasa
cemas itu pada dasarnya adalah ketakutan yang kita bangun sendiri yang kemudian
melahirkan prilaku gelisah. Duduk tak tenang, berdiri rasa mengambang, tidur
seperti di awang-awang, makanan dan minuman terasa hambar.
2.
Penyebab
Cemas itu timbul akibat
adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik,
baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan
respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul
perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun
alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian, penderita biasanya tidak
menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.
a. Teori
Biologis
Biokimia
Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada
etiologi dari kelainan-kelainan ini telah diselidiki; bagaimanapun, bukti
empiris selanjutnya penting sebelum hubungan definitif dapat ditentukan
(Tawnsend, 1993)
Genetik
Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan
bahwa kelainan ansietas paling sering ditemukan pada populasi umum. Hal ini
telah memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih umum antara hubungan kekerabatan
seseorang dengan kelainan secara biologis generasi pertama dari populasi umum
(DSM-III-R, 1987)
b. Teori
psikososial
Psikodinamik
Teori ini (Erikson, 1963) menganggap
predisposisi untuk kelainan ansietas saat tugas-tugas yang diberikan untuk
tahap perkembangan awal belum terpecahkan. Dalam berespon terhadap stres,
prilaku dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada
seseorang atau terfiksasi pada tahap perkembangan awal.
Interpersonal
Sullivan (1953) melengkapi respon ansietas
untuk kesukaran dalam hubungan interpersonal yang berasal dari hubungan awal
Ibu-anak. Anak tidak menerima mutlak kebutuhanya akan kasih sayang dan
pemeliharaan.
Sosiokultural
Horney (1939) menyatakan kelainan ansietas
dipengaruhi oleh suatu kontra diksi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang
mengkontribusi perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan.
Faktor predisposisi
Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan asal
ansietas :
Dalam pandangan psikoanalitik ansietas
adalah konflik emosional yang terjadi antara dua element kepribadian---id dan
super ego. Id mewakili dororngan insting dan impuls primitif seseorang, sedang
super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh noma-norma
budaya seseorang
Menurut pandangan interpersonal ansietas
timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma , seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan yang spesifik
Menurut pandangan perilaku ansietas
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatau yang menggangu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menggangap
ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam
untuk menghindari kepedihan.
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan
ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak
mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas. Penghambatan asam aminobutirik-gamma neroreulator (GABA)
juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas, sebagai mana halnya dengan endorfin.
Faktor yang berhubungan
Terpapar racun
Konflik yang tidak disadari mengenai nilai
hidup/tujuan hidup
Berhubungan dengan herediter
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Transmisi inter personal
Krisis situasional/maturasi
Ancaman kematian
Ancaman terhadap konsep diri
Stress
Substans abuse
Perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi
3.
Akibat
Pola nafas inefektif
Kerusakan komunikasi verbal
Resiko terhadap cedera
Perubahan nutrisi
Ketidak berdayaan
Ketakutan
Perubahan proses fakir
Isolasi sosial
Gangguan pola tidur
Gangguan harga diri
Respon pasca trauma
Kerusakan interaksi sosial
4.
Janis Ansietas
Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketengangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas
Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatau yang lebih terarah.
Ansietas berat
Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatau yang terinci
spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada satu area lain.
Tingkat panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.
Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Karena panik melibatkan disorganisasi keperibadian. Dengan panik terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunya lemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain,persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
ansieta ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
5. Tanda dan gejala
Perilaku:
Subyektif :
Klien
mengatakan susah tidur
Klien
menyatakankan resah
Klien
mengatakan banyak pikiran
Obyektif
:
Penurunan produktifitas
Kewaspadaan dan menatap
Kontak
mata buruk
Gelisah
Pandangan sekilas
Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki)
Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup
Afektif :
Subyektif :
Klien
menyatakan rasa penyesalan
Klien
mengatakan takut pada sesuatu
Klien
bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu
Obyektif :
Iritabel
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Gugup
Mudah
tersinggung
Nyeri
hebat, persisten bertambah
Rasa
tidak menentu
Kewaspadaan meningkat
Fokus
pada diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Distress
Khawatir
Cemas
Fisiologi:
Subyektif :
-
Obyektif
:
Suara
gemetar
Gemetar, tangan tremor
Goyah
Peningkatan respirasi (simpatis)
Keinginan berkemih (parasimpatis)
Ganguan
tidur (parasimpatis)
Nyeri
abdomen (parasimpatis)
Peningkatan nadi (simpatis)
Peningkatan reflek (simpatis)
Dilatasi pupil (simpatis)
Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis)
Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis)
Peningkatan keringat
Wajah
tegang
Anoreksia (simpatis)
Jantung
berdetak kuat (simpatis)
Diare
(parasimpatis)
Keraguan dalam berkemih (parasimpatis)
Kelelahan (parasimpatis)
Mulut
kering (simpatis)
Kelemahan (simpatis)
Pulsasi
menurun (parasimpatis)
Wajah
memerah (simpatis)
Vasokonstriksi superfisial (simpatis)
Gugup
(simpatis)
Penurunan tekanan darah (parasimpatis)
Mual
(parasimpatis)
Sering
berkemih (parasimpatis)
Pusing
(parasimpatis)
Kesulitan bernafas (simpatis)
Peningkatan tekanan darah (simpatis)
Kognitif:
Subyektif :
Klien
menyatakan bingung
Klien
sering mengatak lupa
Klien
sering menanyakan pertanyaan yang sama
Obyektif
:
Bloking
Keasikan
Merenung
Kerusakan perhatian
Penurunan lapang persepsi
Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
Sulit
berkonsentrasi
Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
Gejala
kewaspadaan fisiologis
6.
Masalah keperawatan menurut Stuart and Sunden (1998)
a.
Anxietas
b.
Isolasi sosial : menarik diri
c.
Koping individu tidak efektif
d.
Tidak efektifnya koping keluarga
e. Harga diri rendah
: Gangguan konsep diri.
f.
Perilaku kekerasan
g.
Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik
7.
Pohon masalah
8.
Diagnosa keperawatan
a. Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif
b. Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping
keluarga
c. Resiko gangguan
pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan dengan Ansietas
d. Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan
Anxietas
9.
Rencana keperawatan
Diagnosa
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
Keperawatan
|
Tujuan (Umum dan Khusus)
|
|
Berhubungan dengan ansietas sedang
|
TUM :
TUK 1
Klien dapat menjalin dan membina hubungan saling
percaya
|
1.
jadilah pendengar yang hangat dan responsif
2.
beri waktu yang cukup pada klien untuk berespon
3.
beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya
4.
identifikasi pola prilaku klien atau pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5.
bersama klien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang
|
TUK 2
Klien dapat mengenal ansietasnya
|
1.
bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2.
hubungkan perilaku dan perasaannya
3.
validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien
4.
gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal
yang berkaitan dengan konflik
5.
gunakan konsultasi
|
|
TUK 3
Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap
perkembangan ansietas
|
1.
bantu klien mernjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan
ansietas
2.
bersama klien meninjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3.
kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan
|
|
TUK 4
Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
|
1.
gali cara klien mengurangi ansietas di masa lalu
2.
tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respons koping yang
digunakan
3.
dorong klien untuk menggunakan respons koping adaptif yang dimilikinya
4.
bantu klien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan menggunakan koping yang baru
5.
latih klien dengan menggunakan ansietas sedang
6.
beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya
7.
libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam
membantu klien menggunakan koping adaptif yang baru
|
|
TUK 5
Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
|
|
C.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC
------------------,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC.
Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica
Ester, Jakarta : EGC.
Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta
Nice Info
BalasHapusNanda Nurse
Nurse Books
Nice Post
BalasHapusNursing Diagnosis
Nursing Diagnosis
Nursing Diagnosis
I like this articles
BalasHapusNanda List
Nurse File
Nurse Document